Good Atau Goodness

Kata “good” atau “goodness” berasal dari bahasa Ibrani “tob” dalam Perjanjian Lama, dan “kalos” atau “agathos” atau “chrestos” dalam Perjanjian Baru. Pada umumnya kata “good” diterjemahkan “baik” dan kata “goodness” diterjemahkan “kebaikan.” Sering dalam bahasa Inggris kita jumpai kata-kata seperti contoh: good morning, good luck, good day, good job, good looking, very good, pretty good, so good. Kita ingin menyatakan keinginan: sound, well, fine, healthy; kita ingin menyatakan moralitas: goodness, righteousness, integrity, honesty. Persamaannya seperti contoh pada kata-kata: manis, bagus, enak, layak, senang, lumayan, cerah, pintar, pandai.

Dalam Alkitab ada dua kota dengan jukabar yang berbeda atau bertolak belakang. Kedua kota dimaksud adalah Niniwe dan Yerusalem dengan jurukabarnya ialah Yunus dan Yesus. Di satu pihak Yunus sebagai jurukabar kota Niniwe enggan menurut perintah Allah, sedikit kepeduliannya bagi kebaikan penduduk kota tersebut. Di lain pihak Yesus sebagai jurukabar kota Yerusalem memberikan contoh atau teladan yaitu “kasih tanpa syarat” (uncondition love) maksudnya tanpa pamrih dan sikap peduli bagi kebaikan masyarakat kota itu.

Dari kedua cerita ini, kita melihat bahwa Allah memiliki karakter belas kasihan terhadap manusia. Penduduk kota Niniwe jika bertobat maka Allah akan mengampuni dengan kata lain kasih Allah itu disebut “kasih bersyarat” (condition love), alhasil penduduk kota Niniwe bertobat dan diampuni. Masyarakat kota Yerusalem khususnya para umat Kristen (pengikut Kristus) yang mendengar amaran Yesus tentang nubuatan kota Yerusalem dan kehancuran Bait Allah dalam Matius 24 terhindar dari musibah menakutkan itu. Hal ini menggambarkan belas kasihan Allah terhadap manusia merujuk pada aplikasi yaitu kedatangan Yesus yang kedua kali. Pena inspirasi tulisan Ellen White dalam buku “Alfa dan Omega,” jld. 8, hlm. 34 ringkasnya mengatakan bahwa di satu pihak mereka yang menolak kasih karunia Allah dan menginjak-injak hukum-Nya akan binasa, di lain pihak mereka yaitu para umat Allah akan diselamatkan.

Dalam mengikut Tuhan, sering kita berlagak seperti murid-murid atau rasul-rasul Yesus, contohnya rasul Petrus (Yohanes 18) menyangkal Yesus tiga kali, namun sesudah kebangkitan-Nya, Petrus merujuk kepada prinsip “bagaimanapun juga” (anyway) di mana Yesus menerima kembali Petrus dalam pelayanan-Nya (Yohanes 21). Jemaat di Korintus tidak menghargai otoritas dan pengaruh rasul Paulus merujuk kepada prinsip “bagaimanapun juga” (anyway) di mana Paulus melayani mereka (2 Korintus 12). Salah satu tulisan rasul Paulus yang tersohor dan merupakan karakter dan dasar pemerintahan Tuhan adalah “kasih” (1 Korintus 13). Prinsip “bagaimanapun juga” (anyway) adalah penting dalam mengungkapkan karakter Yesus yaitu salah satu unsur dari buah roh (Galatia 5) yang menginginkan “kebaikan” (goodness) dari mereka.

Dalam Alkitab kita mengenal sebutan “hukum emas” (golden rule) yaitu terdapat di kitab Matius 7:12 bunyinya: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.” Ellen White mengutip pula hal yang sama dalam “Alfa dan Omega,” jld. 6, hlm. 279. Hukum emas ini adalah dasar bagi pola pikir pelayanan yang mengutamakan apa yang “baik” (good) bagi orang lain yang kita layani, ketimbang apa yang menguntungkan kita. Dengan kata lain tidak menjadi egois, hanya terpaku pada diri sendiri, gantinya mengutamakan kepentingan diri orang lain.

Di era Perjanjian Baru, Yesus merangkumkan dua hukum terbesar dalam Lukas 10:27 bunyinya: “Kasihlah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Ayat ini membagi “Sepuluh Hukum/Perintah Allah” (The Ten Commandments) yang terdapat dalam Keluaran 20:1-17 menjadi dua ialah: Kasih kepada Allah (Hukum I-IV) yang terdapat dalam Keluaran 20:1-11 dan Kasih kepada manusia (Hukum V-X) yang terdapat dalam Keluaran 20:12-17. Pelajaran yang kita simak ialah: 1) Yesus memanggil kita untuk menunjukkan kasih dan murah hati terhadap orang lain termasuk mereka yang membenci dan memusuhi, 2) Jika kita ingin agar kasih Tuhan terpantul dan menginginkan yang terbaik, kita harus peduli dan menyatakan dalam kehidupan kita.