Sekarang ini kebanyakan orang Kristen berbakti pada hari pertama dalam minggu, (Minggu), gantinya memelihara hari ketujuh, (Sabtu) sebagai Sabat Alkitab. Namun, banyak juga yang percaya dan mengajarkan bahwa Sabat yang asli adalah hari ketujuh dalam minggu (Sabtu). Tetapi sesudah Yesus bangkit pada hari pertama dalam minggu (Minggu), ada yang berkata, Ia (Yesus) mengumumkan bahwa hari pertama harus disucikan sebagai sabat. Itulah sebabnya mereka menyebutkan hari pertama sebagai Hari Tuhan. Sebagai contoh adalah tulisan Young–Gwan Park dalam bukunya Criticizing Cults, halaman 253.1.
“Dalam banyak tempat di Perjanjian Baru, ditunjukkan bahwa sesudah kebangkitan Yesus, Sabat telah dipelihara pada hari pertama. Dalam Yohanes 20:1, Yesus bangkit dari antara orang mati pada hari pertama dalam minggu dan berkata bahwa hari pertama harus dipelihara sebagai hari Sabat.”
Apakah pernyataannya ini sesuai dengan Alkitab?
Kebenaran menyatakan suatu Mitos (Ceritera tentang kaki laba-laba)
Ada banyak situasi dimana sesuatu dianggap kebenaran untuk jangka waktu yang lama yang pelahan-lahan diterima sebagai kebenaran, apalagi jika mayoritas orang memepercayainya demikian. Mari kita lihat satu contoh yang berikut ini.
Pada tahun 350 BC/SM, seorang akhli filsafat Grika, Aristoteles, menyatakan bahwa kaki laba-laba berjumlah enam. Dua ribu tahun kemudian orang masih tetap percaya bahwa laba-laba berkaki enam.
Tidak seorangpun berusaha duduk menghitung jumlah kaki laba-laba yang sebenarnya. Disamping itu, siapakah yang berani menantang Aristoteles yang ternama ini?
Tetapi Lamarck, seorang ahli biologi dan seorang naturalis, dengan hati-hati menghitung jumlah kaki laba-laba. Ia mendapati bahwa sebenarnya jumlah kaki laba-laba adalah 8 bukan 6. Jadi kebenaran yang sudah dikhotbahkan berabad-abad lamanya telah dipatahkan oleh Lamarck yang telah menghitungnya dan mengajak orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Jadi, untuk mengetahui apakah benar Yesus telah berkata demikian, marilah kita coba mengujinya kembali apakah kata Alkitab tentang hari Minggu seperti apa yang telah dibuat Lamarck terhadap laba-laba.
Ayat-ayat Alkitab tentang Kebangkitan
Beberapa orang berkata bahwa murid-murid dan gereja mula-mula, dalam merayakan Kebangkitan Kristus mereka memelihara hari pertama sebagai hari suci. Namun demikian, Alkitab mengajar dengan jelas bahwa murid-murid memelihara hari ketujuh sebagai Sabat (Kisah 13:14,42,44; 17:2-3; 18:1-4; Ibrani 4:4-8). Dalam kenyataan, hari pertama dalam minggu hanya disebutkan delapan kali dalam Perjanjian Baru, dan enam diantaranya menyebutkan peristiwa yang sama.
Matius 28:1 – “Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu.”
Markus 16:1 – “Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria Ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi kekubur dan meminyaki Yesus.”
Markus 16:9 – “Setelah Yesus bangkit pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan.”
Lukas 24:1 – “Tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi kekubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka.”
Yohanes 20:1 – “Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur.”
Kelima ayat ini menguji kepada kebenaran sejarah bahwa Yesus telah dibangkitkan dari antara orang mati pada hari pertama dalam minggu. Tidak satupun dari ayat itu yang menganjurkan berbakti pada hari itu, ini membuktikan bahwa mereka yang berjalan dekat dengan Yesus tidak pernah berpikir hari Minggu sebagai hari untuk berbakti. “Mereka berhenti pada hari Sabat sesuai dengan Hukum Taurat” (Lukas 23:56), mereka datang pada hari pertama untuk merempahi dan meminyaki keatas tubuh Tuhan. Perhatikan bahwa hal itu terjadi pada hari pertama sesudah hari Sabat mereka datang untuk menengok mayat Yesus. Nampak sekali bahwa pengikut Yesus ini adalah pemelihara Sabat.
Buku Yohanes adalah terakhir dari keempat Injil yang telah dituliskan. Itu telah ditulis sekitar tahun 90 TM beberapa tahun sesudah kebangkitan. Namun dalam buku Yohanes, hari Sabat masih disebutkan sebagai hari Sabat dan hari Minggu masih tetap sebagai “hari sesudah Sabat.” Walaupun hingga pada akhir abad pertama, tidak adal indikasi bahwa murid-murid memperingati hari kebangkitan sebagai hari suci. Mari kita telusuri ketiga ayat terakhir.
Yohanes 20:9 – “Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus disuatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri ditengah-tengah mereka dan berkata: damai sejahtera bagi kamu.”
Yang disebutkan sebagai “malam “ disini dalam bahasa Grika ialah “opsios,” yang bermakna “yang baru-baru ini,” entahkan ini dimaksudkan sebelum matahari terbenam atau sesudah matahari terbenam terserah kepada konteksnya. Namun demikian, dengan memikirkan ayat Alkitab diatas , kita sanggup melihat bahwa itu adalah petang sebelum matahari terbenam pada hari kebangkitan Yesus. Pada saat ini, murid-murid tidak berkumpul untuk merayakan kebangkitan-Nya, mereka berkumpul karena “takut akan orang-orang Yahudi.” Jadi ayat ini tidak ada hubungan dengan pemeliharaan hari Minggu sebagai hari suci.
Ia menampakkan diri-Nya kepada murid-murid-Nya hanya untuk meyakinkan mereka bahwa Ia benar-benar telah bangkit dari kubur kepada kemenangan. Sekarang kita merayakan kebangkitan Kristus melalui upacara pembaptisan (Roma 6:1-11). Namun demikian tidak ada perintah untuk menyucikan hari kebangkitan Yesus atau hari Minggu.
Pertemuan Malam
Kisah 20:7 – “Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memeca-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara disitu, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam.”
Ayat ini adalah satu-satunya catatan dalam Perjanjian Baru tentang pertemuan agama yang dilakukan pada hari pertama dalam minggu. Young-Gwan Park menyatakan bahwa hal ini adalah bukti dari pertemuan tetap tentang pemeliharaan hari Minggu pada waktu itu: “Orang-orang Kristen yang hidup di Tesalonika bertemu bersama-sama untuk berbakti pada hari pertama dalam minggu, dan Paulus bersaksi kepada mereka. Hal ini menjadi bukti yang kuat bahwa inilah pertemuan perayaan yang tetap dari perjamuan Tuhan.”1
(1) Praktek Paulus memelihara Sabat
Lukas, yang dikenal sebagai penulis sejarah yang akurat, menulis dalam buku Kisah Para Rasul, yang mencatat sekitar 30 tahun sejarah dari gereja rasul-rasul sesudah kebangkitan sampai tahun 63 Masehi. Dari buku Kisah , jelas sekali bahwa Paulus memelihara Sabat lebih dari 76 kali ketika ia mengajar di Sinagog setiap Sabat sementara ia tinggal di Korintus selama satu setengah tahun (Kisah 18:4,11). Pada sisi lain, hanya satu kali dalam buku Kisah yang mencatat tentang hari pertama, hari Minggu. Lukas menulis tentang kebiasaan Yesus berbakti di Sinagog pada hari Sabat (Luke 4:16) dan sama seperti Paulus juga, ia pergi ke Sinagog pada hari Sabat “sebagaimana biasanya” (Kisah 17:2). Pada hari sesudah sabat mereka berkumpul pada malam hari sebelum Paulus bertolak pada keesokan paginya. Pertemuan itu adalah kombinasi dari Perjamuan kudus dan perpisahan dengan Paulus.
(2) Lukas menggunakan kalender Yahudi
Sangatlah jelas bahwa hari Sabat sudah berlalu, karena Kisah 20:7 mencatatkan bahwa hal itu terjadi “pada hari pertama dalam minggu” ketika Paulus dan teman-temannya datang keTroas untuk memecah-mecahkan roti. Ayat ini tidak menyatakan waktu yang tepat pertemuan ini dimulaikan tapi hanya memberitahukan bahwa mereka berkumpul sampai tengah malam. Kalau begitu, malam hari apakah pertemuan ini diadakan? Kita perlu mempelajari konteks sejarahnya demi memahami ayat ini karena tulisan ini tidak terlalu jelas. Sesuai dengan system perhitungan waktu orang Yahudi, hari Sabat dimulai pada saat matahari terbenam pada hari Jumat dan berlangsung sampai matahari terbenam pada hari Sabtu (Imamat 23:32; bandingkan Kejadian 1:5), dan hari pertama dimulai pada waktu masuk matahari pada hari Sabtu sampai masuk matahari hari Minggu. Namun demikian, metode perhitungan waktu dari orang Roma dimulai dan ditutup pada saat tengah malam. Dengan perhitungan ini, Sabat dimulai pada tengah malam hari Jumat sampai tengah malam hari Sabtu, dan hari pertama dimulai pada tengah malam hari Sabtu sampai tengah malam hari Minggu.
Walaupun demikian, Young-Gwan Park berkata bahwa malam sesudah hari Sabat adalah hari Minggu malam, karena ia berkata bahwa Lukas mengikuti metode perhitungan waktu orang-orang Roma.2 Tetapi kita lihat bahwa kesimpulan ini keliru oleh sebab Lukas selalu menggunakan ungkapan “dan Sabat hampir mulai” (Lukas 23:54) yang ditujukan kepada waktu ketika mayat Yesus diturunkan dari kayu salib dan dimasukkan kedalam kubur, yaitu pada sore hari menjelang matahari masuk. Ungkapan ini menunjukkan bahwa Lukas menggunakan metode penghitungan waktu orang Yahudi walaupun ia sendiri adalah orang kafir.
Dalam Kisah 2:15, metode Yahudi dalam penghitungan waktu juga digunakan, seperti ungkapan ini “jam ketiga dinihari” dalam waktu modern adalah jam 9 pagi.3 Itulah sebabnya tidak ada bukti terhadap pendapat bahwa Lukas mengikuti cara orang Romawi dalam menghitung waktu. Alkitab versi New English Bible menerjemahkan Kisah 20:7 dengan “Sabtu malam,” karena konteksnya mengharuskan demikian. Tetapi kalaupun perkumpulan itu berlangsung pada hari Minggu malam, hal ini tidak dapat dibuktikan sebagai bukti tentang pemeliharaan hari Minggu sebagai
hari kebaktian.
(3) Praktek “memecah-mecahkan roti” setiap hari
Kita juga dapat memastikan dari buku Kisah bahwa “memecah-mecahkan roti” tidak selamanya menyatakan sebagai acara perjamuan kudus seperti yang dijalankan setiap minggu. Gereja mula-mula bertekun dalam ajaran Rasul-Rasul dan dalam persekutuan, dalam memecah-mecahkan roti, dan dalam berdoa bersama-sama,” dan pada mulanya, “mereka bersatu hati setiap hari…dan memecah-mecahkan roti dari rumah kerumah, mereka makan makanan mereka dengan senang dan dengan tulus hati” (Kisah 2:46). Memecahkan roti adalah perbuatan rutin setiap hari dan tidak terikat ketat dalam acara kebaktian. Pertemuan seperti ini termasuk acara Perjamuan Kudus dan makan bersama—perjamuan kasih (Agape feast), yaitu makanan yang diambil dalam pertemuan persahabatan (1 Korintus 11:20-22.4 Kita tidak menemukan satu contohpun dalam Alkitab yang menyatakan bahwa pertemuan seperti ini adalah jatuh pada hari pertama dari minggu untuk merayakan kebangkitan Yesus.