Natal 3 Dimensi

A. Apakah Natal itu?
Pesta Natal Kelahiran Kristus disebut dalam bahasa Inggris Kuno, Cristes Maesse, dalam bahasa Inggris modern disebut “the Mass of Christ” (dari istilah gerejani berbahasa Latin disebut Missa), sehingga dapat disebut Missa Kristus. Kemunculan pertama kali istilah Natal (Christmass) ini di dalam tulisan yang luas bertanggal abad ke-11, dan parallels dengan istilah dalam bahasa Belanda disebut Kerst-misse. (Istilah Latin Dies natalis terletak di belakang istilah Italia Il natale dan dalam bahasa Prancis disebut Noel, walaupun istilah Jerman Weihnachtsfest dinamai untuk mendahului sebutan “eve,” atau “vigil” (petang atau malam Natal, sehari sebelum tanggal perayaan Natal 25 Desember). Natal saat ini diperingati oleh hampir semua orang Kristen dari Timur Ke Barat Utara ke Selatan. Dengan yang muda, mereka yang sudah dewasa, bahkan yang berusia lanjut, itu adalah masa bersukacita yang umum, kesukaan yang besar. Tetapi apakah Natal itu, mengapa itu harus mengambil perhatian yang begitu besar? Inilah hari perayaan yang sudah dijadikan selama berabad-abad. Betapapun, satu hal yang mengejutkan bagi sudut padang modern, Natal tidak dirayakan di jaman Gereja mula-mula. Mungkin di dalam reaksi kepada reputasi yang tidak baik dari pesta-pesta “hari kelahiran” (natalitia) kaisar-kaisar Romawi. Irenius dan Tertulianus tidak pernah menunjukkan satu Pesta Kelahiran atas daftar-daftar perayaaan-perayaan orang Kristen. Minat di dalam menempatkan satu tanggal kelahiran Kristus berkembang secara perlahan-lahan sesudah abad ke-3 Masehi., sekalipun demikian itu masih ditentang oleh Jerome sesudah tahun 410 TM (Comm. in Ezechielem [PL 25.18]). Menjelang tahun 386 TM, John Chrysostomus sudah mendesak gereja di Antiokhia untuk menyetujui tanggal 25 Desember sebagai hari untuk merayakan Kelahiran Kristus, dan di Roma kalender Philocalia (354 TM) mencakup di bawah tanggal 25 Desember, melawan Natalis invicti, orang kafir atau “kelahiran (matahari) yang tak dapat ditaklukan,” frase “VIII kaali ian natus Christus in Bethleem Iudea.” Namun demikian, tiada jaminan di dalam Injil-Ijil untuk penentuan tanggal itu, menjelang masa St. Augustinus tanggal Pesta Perayaan Kelahiran Kristus sudah dilembagakan, terhadap lawan mereka yang seperti Jerome yang mengkritisi perayaan utama itu.
Namun salah seorang perintis dari GMAHK bernama Ellen G. White mencatat bahwa tanggal 25 Desember dianggap menjadi hari kelahiran Kristus, dan perayaan atau peringatannya sudah menjadi satu kebiasaan dan popular. Namun tidak ada kepastian yang kita sedang pelihara hari yang nyata dari kelahiran Juruselamat kita. Sejarah tidak memberikan kita jaminan yang pasti akan hal ini. Alkitab tidak memberikan kita waktu yang tepat. Haruskah Tuhan menganggap pengetahuan tentang hal ini merupakan hal yang mendasar bagi keselamatan kita, sehingga sudah semestinya Ia membicarakan hal itu melalui nabi-nabi dan rasul-rasul-Nya, bahwa kita boleh mengetahui segala sesuatu tentang perihal ini. Tetapi ternyata kebungkaman Kitab Suci atas bukti-bukti dari maksud ini kepada kita menyembunyikan dari kita maksud-maksud yang paling bijak tersebut. {Adventist Home, hlm. 477, parag. 2}

Asal-Usul dan Perkembangan Perayaan Natal Kristen.
Hari Kelahiran Dewa Mithras. Sejak abad ke-4 di Timur dirayakan juga pesta Epiphanias pada tanggal 6 Januari. Epiphanias berarti “menjadi nampak” (tampil); pada hari dan tanggal itu diperingati bahwa kelahiran dan baptisan Tuhan Yesus. Hari Natal Tuhan Yesus berasal dari tanggal 25 Desember berasal dari Roma pada abad ke-4; hari raya ini menjadi pengganti pesta yang umum dirayakan pada pertengahan musim dingin, oleh karena mulai dari saat itu Matahari bersinar kian hari kian lama dan panas. Lama kelamaan hari Natal (kerajaan Roma kafir) itu diterima dan dirayakan di segala Gereja Kristen, yang tadinya merupakan sebuah pesta orang kafir, yang bernama Natalis Invicti, merupakan sebuah perayaan besar-besaran orang Romawi setiap tanggal 25 Desember, ketika Matahari berada pada titik balik dari musim dingin ke musim semi. Sementara Kekristenan memenangkan sebuah kemenangan yang terhitung dengan mudah terhadap agama Yunani-Rowawi (Graeco-Roman), hal itu memiliki perjuangan berat dengan agama Mithras. Para penyembah dewa Mithras akhirnya dimenangkan menjadi Kristen oleh mengambil alih hari kelahiran dewa Mithras, yakni tanggal 25 Desember, sebagai hari Kelahiran Kristus. Walaupun tadinya bangsa Romawi, yang memuja dewa Matahari (Mithras atau Sol Invictus), dengan penuh semangat mengajak rekan-rekan Kristen mereka merayakan pesta ini. Pada tahun 386 M., para pemimpin Gereja menentukan perayaan yang disebut Christ Mass (kedatangan Kristus) pada tanggal yang sama yakni 25 Desember, supaya orang Kristen dapat mengikuti pesta itu tanpa menaruh perhatian pada aliran kafir. Setelah kerajaan Romawi hancur, orang-orang Kristen tetap merayakan kebiasaan itu. Sejak saat itu, tanggal 25 Desember terasa lebih cocok dari pada tanggal yang lain.
Perayaan yang sangat umum dituntut bahwa pada tanggal 25 Desember kelahiran “Matahari baru” harus dirayakan, ketika hari-hari titik balik Matahari musim dingin mulai untuk diperpanjang dan bintang “yang tak nampak” menang lagi terhadap kegelapan. Adalah pasti bahwa tanggal Natalis Invicti ini dipilih oleh Gereja sebagai perayaan Kelahiran Kristus, yang sebelumnya dibingungkan dengan Epiphany. Di dalam menentukan hari ini, secara universal ditandai oleh sukacita yang khidmat, yang sejauh mungkin telah dipertahankan-sebagai contoh balapan kereta perang kuno dipelihara,–kewenangan-kewenangan gerejani memurnikan di dalam beberapa kebiasaan yang mereka tidak dapat hapuskan. Penggantian ini, berlangsung di Roma kira-kira antara 354 dan 360 M, yang diadopsi oleh seluruh kekaisaran, makanya sekarang ini orang-orang Kristen merayakan Natal pada 25 Desember. Pra-kemasyuran yang menentukan dies Solis (hari Matahari ) secara pasti juga menyumbangkan pengakuan umum Minggu sebagai hari libur. Ini dihubungkan dengan fakta yang lebih penting, yaitu pengadopsian pekan oleh seluruh bangsa Eropa.
Natal (Christmas)—Ketidakpastian Tanggal Kelahiran Kristus. Ketidakpastian tentang Kelahiran Kristus di awal abad ketiga direfleksikan di dalam satu bagian percekcokan Penatua Hippolytus, yang dibuang ke Sardinia oleh Maximin di tahun 235, dan didalam sebuah pernyataan otentik dari Clement dari Alexandria. Sementara pendahulunya setuju bahwa tanggal 2 Januari, cendekiawan Clement dari Alexandria menghitung satu demi satu beberapa tanggal yang diberikan para chronographer (pencatat waktu akurat) khususnya tanggal 25 dari bulan Pachon Mesir kuno (25 Mei) di dalam tanggal ke-28 Agustus tiap tahun dan 24 atau 25 bulan Pharmuthi (28 atau 29 April) pada tahun 1 Masehi, walaupun ia setuju tanggal 25 Mei. Ini menunjukkan bahwa tidak ada hari raya Gereja di dalam menghormati hari yang didirikan sebelum pertengahan abad ke-3. Origenes pada waktu itu di dalam sebuah khotbah mengucapkan gagasan pemeliharaan hari Kelahiran Yesus seperti hari Kelahiran Firaun itu dan mengatakan bahwa orang-orang berdosa sama seperti Herodes juga dihormati. Arnobius kemudian secara bersamaan telah menertawakannya oleh memberikan hari-hari lahir bagi “dewa-dewa. Sebuah risalat berbahasa Latin, De pascha computus (kira-kira tahun 243 M), menempatkan kelahiran Yesus pada tanggal 21 Maret oleh karena itu dianggap sebagai hari di mana Allah menciptakan Matahari (Kejadian 1:14–19), sehingga melambangkan “Matahari Kebenaran”seperti yang Maleakhi (4:2) sebutkan yang mengharapkan kedatangan Mesias. Satu abad sebelumnya Polykarpus, yang mati syahid di Smyrna di tahu 155 M, memberikan tanggal yang sama bagi kelahiran dan baptisan menempatkannya pada hari Rabu sebab penciptaan dari Matahari pada hari itu.

Makna Natal Dalam Tiga Dimensi: Masa Lalu, Masa Sekarang dan Natal Masa Depan
A. Makna Natal Kristen: Dimensi Masa Lalu Yesus Kristus
Nubuatan Alkitab Terkait Kelahiran Mesias. Nabi Yesaya dan Mikha telah menubuatkan tentang sang perawan perempuan dan Anak laki-laki yang akan dilahirkan yang merujuk kepada keMesiasan Yesus Kristus. Yesaya bernubuat, “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel (Yesaya 7:14). Nabi Mikha menubuatkan kedatangan Mesias sebagai berikut: “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala. Sebab itu ia akan membiarkan mereka sampai waktu perempuan yang akan melahirkan telah melahirkan; lalu selebihnya dari saudara-saudaranya akan kembali kepada orang Israel. Maka ia akan bertindak dan akan menggembalakan mereka dalam kekuatan TUHAN, dalam kemegahan nama TUHAN Allahnya; mereka akan tinggal tetap, sebab sekarang ia menjadi besar sampai ke ujung bumi, 5:4 dan dia menjadi damai sejahtera” (Mikha 5:1-4a). Dalam Wahyu 12:5 tercatat bahwa “perempuan itu melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.” Bahkan Menurut Galatia 4:4, 5 bahwa “setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.”
Eksitensi Masa Lalu Yesus Kristus. Alkitab sendiri sudah mencatat eksistensi atau keberadaan masa lalu dari Yesus Kristus. Dalam surat 1 Petrus 1:20 disebutkan, “Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir.” Dalam Kolose 1:17 disebutkan, “Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.” Dan Kolose 1:19 Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibrani 13:8).
Tema Ajaib Penjelmaan. Menurut rasul Paulus, tema penjelmaan Kristus ini adalah suatu rahasia ibadah.
1 Timotius 3:16 Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: “Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan. Yesus, Yang Agung sorga, Raja istana sorga, menanggalkan tahta kemuliaan-Nya, Panglima Tinggi-Nya, dan datang ke dalam dunia kita untuk membawa pertolongan ilahi kepada manusia yang jatuh, yang lemah di dalam kekuatan moral, dan dirusakkan oleh dosa. Ia memakaikan keilahian-Nya dengan kemanusiaan, bahwa ia mungkin mencapai bagian yang paling dalam dari manusia yang malang dan celaka, mengangkat tingga manusia yang sudah jatuh. Oleh mengangkat kepada diri-Nya manusia alami, ia mengangkat kemanusiaan did lam skala moral yang bernilai dengan Allah. Tema-tema besar ini terlalu tinggi, amat tidak terbatas, untuk pemahaman pikiran yang terbatas.
Ini menunjukkan bahwa pada saat orang-orang Kristen memperingati kelahiran Kristus maka sesungguhnya adalah penting bagi mereka untuk memperingati kelahiran-Nya yang berfokus pada Yesus Kristus bukan hanya pada format, liturgi perayaan dan upacara-ucarara ritual keagamaan berbentuk ibadah-ibadah natal. Satu-satu-Nya upacara yang diperintahkan Yesus Kristus untuk dilakukan adalah memperingati atau merayakan peristiwa kematian-Nya pada upacara Perjamuan Kudus. Yesus berkata, “”Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!” “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang” (1 Korintus 11:25, 26). Tidak ada lagi catatan yang dapat ditemukan dimanapun dalam Alkitab terkait perintah Yesus untuk merayakan suatu perayaan terkait diri-Nya sendiri termasuk hari Kelahiran-Nya. Dan perkataan-perkataan Yesus di dalam 1 Korintus 11 tersebut itu adalah penetapan yang sudah final, tanpa dikurangi atau ditambahi lagi oleh rasul-rasul atau bapa-bapa gereja. Nah, oleh karena Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya (Ibrani 13:8) maka perkataan-perkataan dan kleim dari Yesus Kristus melalui firman-Nya pun yang tetap sama baik kemarin, maupun hari ini dan sampai selama-lama-Nya.
Sesungguhnya tidak ada perintah secara literal dalam Kitab Suci yang mencatat terkait penetapan tanggal dan perayaan hari Kelahiran Yesus Kristus. Itu berarti bahwa perayaan Natal Yesus Kristus adalah hari raya buatan atau ciptaan manusia. Salah satu gagasan-gagasan agama yang mendominasi abad kedua dan ketiga adalah kepercayaan di dalam keilahian Matahari … Keilahian ini adalah menjadi minat khusus bagi para peneliti Kristen, karena hari raya tahunan (bangsa Roma kafir) ini jatuh pada tanggal 25 Desember dan hubungannya dengan atal Kristen sudah menjadi diskusi yang berlarut-larut. Secara jelas musim dingin sebagai titik balik Matahari, ketika kekuatan intensitas cahaya Matahari berkurang, yang cocok untuk perayaan hari raya dewa Matahari . Hari tersebut di dalam sebuah pengertian menandai kelahiran sebuah Matahari baru. Tetapi alasan untuk memilihnya sebagai hari perayaan Kelahiran Kristus tidak terbukti…Identitas tanggal itu lebih dari sekedar sebuah kejadian yang kebetulan. Dipastikan bahwa Gereja tidak sekedar mengambil hari raya dewa Matahari yang populer tersebut Hal itu melalui parallelisme antara Kristus dan Matahari bahwa tanggal 25 Desember datang menjadi tanggal kelahiran Kristus…..Malahan Epiphanius, pada abad keempat di kota metropolitan Cyprus, walaupun memberikan tanggal 6 Januari sebagai tanggal kelahiran, menghubungkan peristiwa tersebut dengan titik balik Matahari. Betapapun, perbedaan makna dari hari libur kafir yang populer secara menyeluruh adalah sesuai dengan kebijaksanaan Gereja. Terhadap perayaan nyata dari hari raya Kelahiran Kristus, itu sudah ditambahkan, tidak ada bukti memuaskan lebih awal dari abad keempat. Pemeliharaan pertama kalinya di Roma pada tanggl 25 Desember yang berlangsung di tahun 353 atau tahun 354 (Usener) atau di tahun 336 (Duchesne). Di Konstantinopel nampaknya itu sudah diperkenalkan di tahun 377 atau 378.

B. Makna Natal Dimensi Masa Sekarang Yesus Kristus
Bukankah sudah jelas bahwa makna kelahiran Yesus Kristus itu telah disampaikan oleh Allah melalui malaikat-malaikat-Nya, yakni “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” (Lukas 2:14). Itu berarti bahwa kalau ada di antara kita yang belum merasakan kemuliaan dan damai sejarahtera Yesus Kristus itu maka kita belum melihat secara jelas pribadi Yesus Kristus di dalam aura keindahan tabiat-Nya. Sehingga dapat dikatakan bahwa kita belum melihat kemuliaan Allah itu sehingga kita belum memiliki damai sejahtera yang menyangupkan dan menjadikan kita berkenan kepada-Nya. Ibrani 12:14 menyarankan kepada kita “berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan. Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah,…” Jadi pada saat kita berusaha hidup damai dengan semua orang maka kita boleh berkenan kepada Allah. Pada saat seseorang berkenan kepada Allah di dalam penilaian sorga maka kita akan disanggupkan mengejar kekudusan.
Memelihara Kedamaian dan Kekekudusan. Kadang-kadang ada orang nanti kelihatan hidup dalam kekudusan pada saat beribadah merayakan Natal. Ini yang orang Menado bilang burung taon atau ada juga dapat diironiskan dengan seorang imam besar yang masuk satu kali 1 tahun pada saat merayakan hari raya Pendamaian. Penulis Ibrani mengingatkan kita pada pasal 10:25 “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.”
Saudaraku yang dikasihi Tuhan, pada satu sisi memang patut diakui bahwa kekudusan memang tidak dapat diukur oleh kehadiran sesorang secara rutin di setiap acara kebaktian namun, untuk mengukur tingkat kerohanian seseorang maka dapat ditentukan oleh kerajinannya untuk hadir di setiap jam kebaktian. Karena di setiap jam ibadah termasuk ibadah Natal seperti ini maka kita boleh saling menasihati. Dalam 1 Korintus 2:14 “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani.” Dan menurut penulis Ibrani bahwa semakin sering kita menghadiri setiap pertemuan ibadah dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat maka itu menunjukkan bahwa kita akan selalu mengakui eksistensi Yesus sebagai Allah yang sudah menjelma menjadi manusia yakni Yesus Kristus yang tetap sama baik kemarin, hari ini dan selama-lamanya (Ibrani 13:8). Yesus Kristus tidak akan mungkin menjadi pokok keselamatan yang abadi (Ibrani 5:7-9) hingga hari ini kalau dia tidak menjelma menjadi manusia melalui peristiwa kelahiran-Nya kurang lebih 2000 tahun lalu. Dan pengetahuan kita terkait Kristus sebagai pokok keselamtan yang abadi hanya dapat diperoleh pada saat seseorang menghadiri pertemuan ibadah. Sehingga ia dapat bertumbuh di dalam kasih karunia dan pengetahuan akan Tuhan Yesus Kristus (2 Petrus 3:18). Inilah yang dikenal dengan pertumbuhan iman melalui kasih karunia. Pertumbuhan iman seseorang tidak akan mungkin terhadi tanpa kerajinan dan ketekunan beribadah.
Dan pada sisi lain, satu fakta yang tak dapat dipungkiri adalah bahwa sebagai seorang yang tekun beribadah secara pribadi dan berjemaat maka ia akan dimotivasi untuk menjalankan tipe ibadah yang satu yakni mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia dan mengekang lidahnya (Yakobus 1:26, 27). Menurut Yakobus bahwa itulah yang dinamakan ibadah yang murni dan tak bercacat di hadapan Allah.
“1:26 Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya. 1:27 Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.
Musim Kado-Kado Natal Bagi Maksud Allah. Orang-orang tua seharusnya menyimpan hadiah-hadiah atau kado-kado Natal dari hadapan anak-anak mereka, dan mengarahkan mereka, garis demi garis, aturan demi aturan, di dalam kewajiban mereka kepada Allah,-bukan kewajiban mereka satu sama lain, untuk menghormati dan memuliakan satu sama lain oleh kado-kado Natal dan persembahan-persembahan. Tetapi mereka harus diajar bahwa Yesus adalah Juruselamat dunia, objek pemikiran, usaha yang sungguh-sungguh; bahwa pekerjaan ini adalah tema besar yang harus mengikat perhatian mereka; bahwa mereka harus membawa kepada-Nya pemberian-pemberian dan persembahan-persembahan. Demikian pun orang-orang majus dan gembala-gembala membawa pemberian-pemberian dan persembahan-persembahan kepada Yesus.
Satu Hari Kesukaan dan Sukacita. Saat tanggal 25 Desember dipelihara untuk merayakan kelahiran Kristus, anak-anak sudah harus diarahkan oleh aturan dan teladan bahwa ini inilah hari yang benar-benar hari kesukaan dan sukacita, engkau akan menemukannya sebuah cara yang sulit untuk melewati masa ini tanpa memberikannya perhatian. Itu dapat dibuat untuk melayani satu maksud yang amat baik. Orang-orang muda harus diperlakukan dengan sangat berhati-hati. Mereka tidak harus meninggalkan Natal untuk menemukan kepelesiran mereka di dalam kesia-siaan dan mencari kepuasan diri, di dalam kepelesiran-kepelesiran yang mana akan merusakkan kerohanian mereka. Orang-orang tua dapat mengawasi cara ini oleh memalingkan pikiran-pikiran dan persembahan-persembahan dari anak-anak mereka kepada Allah dan pekerjaan-Nya dan keselamatan jiwa-jiwa.

C. Dimensi Masa Yang Akan Datang Natal Yesus Kristus: Implikasi Eskatologis
Di dalam surat I Petrus 1:3 terbaca bahwa “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan,…..” Ini menunjukkan bahwa rasul Petrus tidak terfokus kepada perayaan kelahiran Yesus Kristus pada saat ia menekankan rahmat Yesus Kristus yang telah melahirkan kembali kita (dirinya dan orang-orang Kristen di zamannya) di mana dilahirkan kembali bukan pada konteks kelahiran tetapi kepada konteks kebangkitan Yesus Kristus. Jadi sepatutnya kita sebagai orang-orang Kristen dilahirkan kembali secara rohani pada konteks kebangkitan Yesus Kristus karena itu akan berorientasi secara sempurna kepada peristiwa eskatologis dari kedatangan Kristus kedua kali dimana bagi mereka yang telah mematikan segala dosanya di dalam Kristus maka secara rohani akan dibangkitkan kepada kelahiran baru pada masa kini. Inilah yang Petrus maksudkan sebagai kelahiran baru oleh kebangkitan Kristus kepada suatu hidup yang penuh harapan. Sehingga pada saat ia berkata bahwa “Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua (dimensi masa sekarang) dan saksi penderitaan Kristus (dimensi masa lalu), yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak” (dimensi masa yang akan datang), sebagaimana yang ia tuliskan dalam 1 Petrus 5:1, maka ia sedang membawa setiap orang Kristen terfokus atau berorientasi kepada dimensi masa yang akan datang dari Yesus Kristus. Dimensi masa depan Natal Yesus Kristus adalah jaminan kelahiran baru segala eksistensi bukan dalam pengertian reinkarnasi tetapi memberikan jaminan keselamatan yang kekal secara eskatologis bahwa orang-orang percaya akan diobahkan dari tubuh yang fana mengenakan tubuh yang baka (1 Korintus 15:52-54).

IV. Fokuskan Natal Yesus Kristus Pada Dimensi Masa Lalu Masa Sekarang dan Masa Depan
Selaku umat percaya maka sudah selayaknya kita berorientasi kepada tiga dimensi waktu eksistensi Yesus yakni masa lalu kepada peristiwa kelahiran Kristus kurang lebih 2000 tahun lalu, dimensi masa sekarang kepada kesetiaan menghadiri setiap pertemuan ibadah sebagai orang Kristen agar kita saling menasihati dan semakin giat melakukannya sehingga kita memiliki konsistensi untuk tetap memfokuskan perhatian dan padangan iman kita kepada dimensi masa depan Yesus Kristus yakni kepada pengharapan akan janji kedatangan-Nya kedua kali. Karena “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibrani 13:8). Mereka yang hanya terfokus perayaan kelahiran Yesus Kristus berarti perhatian mereka hanya terpaku kepada dimensi masa lalu Kristus. Karena bagi mereka sekali selamat sudah selamat sehingga mereka tidak akan pernah menganggap penting untuk mengadakan pertobatan yang sungguh-sungguh demi mengantisipasi peristiwa kedatangan-Nya yang kedua kali di dalam dan melalui pertobatan dan pembenahan serta pertumbuhan iman kehidupan masa kini. Mereka yang hanya terfokus kepada minat-minat masa kini pasti mudah terjerumus kepada perkara-perkara sekuler yang bersifat sementara dimana tidak ada minat sama sekali untuk mendalami Kitab Suci yang memaparkan misi dan rencana keselamatan yang diwujudkan di dalam penjelmaan melalui kelahiran, kehidupan, kematian dan kebangkitan Kristus maka mereka tidak pernah terkenang kepada kehidupan, kematian dan kebangkitan Kristus bahkan mereka tidak merasa takut menghadapi penghakiman Allah. Dengan demikian mereka tidak percaya juga terhadap janji pemenuhan pahala dan kehidupan kekal kepada mereka yang benar-benar telah menang dari segala ujian dan pencobaan masa kini.
Sedangkan bagi mereka yang benar-benar memfokuskan perhatian mereka kepada ketiga dimensi waktu Yesus yang eksis di masa lalu, masa sekarang dan masa depan maka mereka tidak akan kehilangan arah dan pandangan hidup selaku orang Kristen karena ia akan tetap mengisi pikiran-pikirannya dengan berbagai pengetahuan Alkitab terkait penjelmaan Yesus melalui kelahiran-Nya, kehidupan dan pelayanan Kristus yang mengangkat manusia dari keberdosaan, teladan penurutan yang yang sempurna terhadap hukum-hukum Allah, kematian-Nya di atas kayu salib, kebangkitan, dan pelayanan pengantaraan-Nya di sorga sebagai Imam Besar Pernanjian Baru (Ibrani 7:25; 9:15) dan kedatagan-Nya yang kedua kali. Sebagai orang percaya yang memiliki akses ke sorga maka pada masa sekarang ini sementara kita menanti kedatangan-Nya sebagai raja maka Yesus tidak hanya duduk atau tidur di sorga tetapi Ia adalah oknum yang hidup-hidup dan aktif untuk bekerja dalam mengantarai manusia dengan Allah pada saat mereka melayangkan doa-doa syafaat di hadapan hadirat Allah Bapa bahkan memanjatkan permohonan pengampunan atas dosa-dosa yang sengaja dan tidak sengaja (1 Yoh. 2:1; 1 Yoh. 5:15-17). Sedangkan pada saat Ia masih berada di dunia ini Yesus pernah berkata kepada orang-orang pada jaman itu di dalam Yohanes 5:17: “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga, apalagi ketika Yesus naik ke sorga sesudah kebangkitan-Nya. Secara implisit, pekerjaan Yesus yang sedang duduk di sebelah kanan Allah Bapa sejak kenaikan-Nya bukan hanya mengajak Bapa-Nya ngobrol-ngobrol hal-hal yang tidak berguna tetapi hal-hal yang berguna bagi kepastian keselamatan kita semua. Jadi kalau kita hanya terfokus kepada peringatan sejarah kelahiran Yesus Kristus maka orientasi pemikiran kita seolah-olah hanya kepada bayi Yesus Kristus di masa lalu. Sehingga orang akan cenderung mensakralkan eksistensi bayi Yesus dan tidak terfokus lagi kepada Yesus Juruselamat yang pernah bertumbuh dalam kasih karunia dan pengetahuan akan firman Allah sehingga Ia boleh dilayakkan menjadi pokok keselamatan abadi bagi umat manusia (Ibrani 5:7-9). Segala kepenuhan Allah berdiam di dalam diri Yesus Kristus (Kolose 1:19) dan dengan kepenuhan Allah di dalam Yesus Kristus membuat kita beroleh kasih karunia (Yohanes 1:16). Kepenuhan Allah itu adalah kuasa berupa kodrat ilahi yang tidak dapat dipindahkan kepada manusia sebagai makhluk ciptaan. Mengambil bagian dalam kuasa atau kodrat ilahi itu menolong dan menyanggupkan umat-umat Allah agar luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia (2 Petrus 1:4). Kuasa atau kodrat ilahi ini dapat diperoleh dengan cara menghidupkan satu ketergantungan total kepada Allah melalui doa-doa penyerahan diri secara terus-menerus. Menyadari bahwa saat di dalam kondisi kemanusiaan-Nya yang rentan terhadap pencobaan dan kecenderungan untuk berdosa maka Yesus melatih dan mengadakan ketergantungan secara total dan berkelanjutan kepada Bapa-Nya (Yesaya 50:4; Markus 1:15; Ibrani 5:7-9).
Yesus yang kita sembah dan percayai bukanlah Oknum manusia Yesus yang memiliki fisik manusia yang tetap mengenakan tubuh bayi-Nya hingga kini. Tetapi tanpa disadari oleh kebanyakan orang bahwa Yesus yang kita sembah sedang siap-siap untuk datang kedua kali untuk segera mengakhiri sejarah dunia ini dan menjemput orang-orang percaya dan mengkleim mereka sebagai umat kepunyaan-Nya sendiri. Dan Yesus yang sedang bersiap-siap untuk datang ke bumi ini demi menjemput kita semua selaku orang-orang percaya adalah Oknum Pribadi kemanusiaan Yesus Kristus yang memiliki pemikiran dan rencana-rencana yang Advanced bukan lagi Yesus yang masih berada pada pemikiran yang Basic, atau Intermediate di dalam konteks rencana keselamatan. Kalau Yesus yang kita sembah hanya memfokuskan perhatian umat-umat-Nya kepada perkara-perkara masa lalu ke masa kelahiran-Nya sekitar 2000 tahun lalu maka untuk apa saudara sudah beriman kepada-Nya. Seperti kata Paulus bahwa kalau Yesus tidak dibangkitan maka sia-sialah pemeritaan Paulus dan sia-sialah juga kepercayaan kita sebagai orang Kristen (1 Korintus 15:14). Dan adaikan perhatian kita hanya terfokus kepada kebangkitan-Nya 2000 tahun lalu maka kita tidak dapat menghayati dan mencermati makna dan fungsi pelayanan Kristus sebagai Imam Besar di sorga. Dan seandainya. Sehingga itulah yang tercatat dalam Ibrani 5:12-14 bahwa “sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat. Ini mengimplikasikan bahwa orang-orang Kristen yang sudah percaya kepada kebangkitan Kristus tapi tidak mempercayai pekerjaaan pelayanan Kristus sebagai Imam Besar di sorga maka orang itu tidak ada kuasa untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat. Artinya bahwa pada saat ia jatuh dalam dosa-dosa kelemahan pribadi sekalipun sudah pernah dibaptiskan maka ia tidak akan termotivasi untuk meninggalkan dosa-dosa yang sama dan itu akan menjadi praktek perbuatan karena kesalahan pengambilan keputusan sehingga ada unsur kesengajaan secara berulang-ulang. Satu perbuatan yang diulang-ulang akan menjadi kebiasaan dan kebiasaan yang diulang-ulang akan akan membentuk tabiat. Salah menggunakan kuasa memilih disebabkan karena ia tidak mempercayai peranan Roh Kudus yang sanggup menghubungkan dirinya dengan Allah Bapa Imam Besar di sorga. Padahal Alkitab secara jelas sudah memaparkan bahwa jika seseorang jatuh ke dalam dosa maka ia memiliki pengantara kepada Bapa yakni Yesus Kristus yang adil yang menjadi pendamaian dan penghapus terhadap segala dosa kita (1 Yohanes 2:1, 2, Yohanes 1:29). Apabila ada seorang Kristen yang gagal datang menghampiri Allah, itu berarti karena Setan berhasil menanamkan dalam dirinya bahwa ia sudah tidak layak memperoleh kembali kasih karunia dari Allah.
Kalau pelayanan Yesus yang kita sembah di dalam rencana keselamatan hanya terhenti sampai di sorga sebagai Imam Besar dan tidak akan pernah datang sebagai Raja di atas segala raja pada dimensi waktu masa depan maka penyesatan Setan pasti akan sempurna. Sehingga ia akan mengkleim bahwa dunia ini menjadi miliknya sepenuhnya, maka tidak akan ada kebangkitan orang percaya dan tidak akan ada orang yang diobahkan dari tubuh yang fana ke tubuh yang baka di akhirat nanti. Tetapi oleh karena Setan tahu bahwa kedatangan Kristus pasti akan terjadi pada akhir zaman dan akhir dari sejarah dunia ini sudah sangat semakin mendekat (Wahyu 12:9, 12), maka ia akan mengerahkan segala energi, strategi dan berbagai bentuk penipuannya untuk mengalihkan perhatian orang-orang Kristen bersedia bagi kedatangan Kristus kedua kali. Untuk itu ia menjadi pelajar nubuatan yang aktif dan terus-menerus mempersiapkan dirinya dan agen-agen aktif untuk peperangan besar terakhir. Ia sedang mengantisipasi dimensi waktu eskatologis umat-umat Allah merencanakan untuk menggagalkan segala pekerjaan Allah untuk mempersiapkan umat-umat-Nya dan dunia ini menghadapi masa Advent kedua. Dan salah satu strateginya adalah membuat orang-orang Kristen hanya terfokus kepada perayaan-perayaan, pesta-pesta pora, mabuk-mabukkan dan segala kepelesiran dunia ini. Tetapi rasul Petrus menasihatkan kita pada sore ini bahwa 3:3 Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. 3:4 Kata mereka: “Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.

V. Penutup
Penolakan terhadap kedatangan Kristus pertama di masa kelahiran Yesus Kristus di kalangan orang-orang Yahudi sekalipun rencana kedatangan-Nya sudah dinubuatkan, berarti menolak pelayananan diri-Nya sebagai Imam Besar surgawi saat ini dan kedua kali itu terus berlangsung tetapi Yesus tidak akan meninggalkan umat-umat-Nya. Ia adalah Allah yang hidup! Ia menghendaki kita terus mengkhotbahkan kedatangan Kristus pertama, pelayanan Kristus sebagai Imam Besar di sorga saat ini demi kepentingan kita yakni untuk mempertahankan status kita sebagai umat-umat Allah agar tidak mudah direbut kembali oleh Setan. Itu sebabnya Yesus berkata dalam Yohanes 14:18 Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu. Itu sebabnya Yesus berkata dalam Yohanes 14:18 “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.” Dalam Wahyu 22:20 disebutkan, “Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: ‘Ya, Aku datang segera!’ Amin, datanglah, Tuhan Yesus.” Satu hal yang pasti adalah bahwa pada perayaan Natal Yesus Kristus di tempat ini mengingatkan bahwa Yesus pernah datang 2000 tahun lalu. Dan pada saat menjelang kedatangan Yesus pertama tidak ada persiapan yang mendesak di antara orang-orang Yahudi untuk menyambut kedatangan-Nya, sedangkan penginapan menolak kehadiran Yusuf dan Maria untuk menerima kedatangan-Nya. Kondisi serupa sedang terjadi menjelang kedatangan-Nya kedua kali. Memang Ia tidak akan datang dengan kehinaan-Nya tetapi saat ini sedang tampil para pengejek terhadap mereka yang menyerukan dan mengkhotbahkan kedatangan-Nya yang kedua kali. Jadi kalau kedatangan pertama hanya segelintir orang yang bersedia menyambut Dia demikian pun pada kedatangan-Nya kedua kali karena kedatangan-Nya sudah dipastikan oleh Yesus akan datang seperti pencuri di tengah malam (Matius 24: Ia akan datang pada saat orang kebanyakan tidak siap menyambut Dia. Jadi boleh jadi saudara dan saya berpesta pora merayakan kelahiran-Nya tetapi jangan lupa bahwa hanya 5 anak dara yang bijak yang bersedia menyongsong kedatangan-Nya. Semoga saja saudara dan saya akan terbabung di antara kelompok 5 anak dara yang bijaksana itu. Lukas 13:23, 24 Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: “Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.