Hal yang perlu dipikirkan
Usia. Apakah engkau tahu umur berapakah sebaiknya menikah? Ada kecenderungan di Negara Barat bahwa usia diatas 25 tahun. Idealnya adalah umur 28 atau lebih. Jadi jika ada seseorang bertanya padamu mengapa engkau tidak menikah, katakan saja bahwa engkau menunggu umur ideal untuk menikah.
Para ahli perkembangan psikologi mengatakan bahwa sampai kita mencapai usia 25 tahun, kita masih mencari identitas diri.
Sering meluangkan waktu untuk mencari tahu:
- Siapakah saya sebenarnya?
- Siapakah saya bilamana terpisah dari orangtua saya, dan bagaimana saya menjalani kehidupan saya sendiri.
- Apakah yang saya yakini? Apa yang penting dalam hidupku? Apakah saya memiliki keberanian untuk bertindak mempertahankan apa yang saya anggap penting?
- Apa keahlian saya? Karir yang bagaimana yang saya harus kembangkan?
Pada saat ini juga terjadi pembentukan rohani. Sampai usia 25 tahun banyak diantara kita bertanya: Apakah saya mempercayai Allah? Apakah saya mempercayai Yesus? Apakah saya dapat mengatur kehidupan saya sesuai dengan kebenaran Firman Allah?
Dengan semua kebingungan yang sudah ada sangatlah sukar bagi orang itu untuk menentukan siapakah yang akan saya nikahi? Menikah muda sama seperti menembak sasaran yang sedang bergerak dengan cepat, dan itu adalah suatu tindakan yang kurang bijaksana. Tingkat perceraian yang terendah adalah bagi mereka yang menunggu sampai mereka berusia 28 tahun atau lebih baru menikah. Tingkat perceraian yang tinggi ada pada mereka yang menikah pada usia belasan tahun dan awal 20-an. Ingatlah hal itu jika engkau terburu-buru untuk menikah. Seseorang pernah berkata bahwa menikah seperti makan menggunakan sumpit yang nampaknya mudah sampai anda mencobanya sendiri. Jadi kami menyarankan agar anda berhati-hati dan biarkan dirimu memiliki kesempatan untuk mengetahui apa yang penting bagimu dan bagi pernikahanmu.
Jangan terlalu yakin. Satu kesalahan lain yang dibuat adalah salah satu dari pasangan begitu ingin untuk segera menikah. Sepertinya mereka mengalami demam dan mereka tidak tau kenapa, yang mereka inginkan adalah segera menikah. Mereka pikir menikah akan menyelesaikan masalah kesepiannya, atau menyembuhkan sakit hati yang dialami sebelumnya, atau akan membawa kebahagiaan yang dia impikan.
Jika anda tidak bahagia dengan status lajang, terburu-buru menikah mungkin tidak akan menyelesaikan masalah. Malah sebaliknya justru menambah masalah. Jadi jika anda merasa bahwa menikah menyelesaikan masalah, pikir lagi. Jangan terlalu yakin.
Pikirkan harapanmu. Saat anda menentukan calon suami atau istri, ambil waktu untuk mendiskusikan harapan yang masing-masing bawa kedalam pernikahan itu. Tanpa sadar kita akan berharap rumahtangga kita akan seperti rumahtangga orang tua kita dimana kita berasal. Dengarkan kisah Jonathan dan Mary yang dikisahkan oleh Mary. Satu hal yang membuat permasalahan dalam rumahtangga kami adalah bahwa Jonathan datang dari keluarga yang tepat waktu, sementara saya datang dari keluarga dimana waktu bukanlah sesuatu yang mengganggu. Dalam keluarga Jonathan pada saat ibunya mengatakan makan siang jam 12.30, maka makan siang tepat jam 12.30. Suatu ketika saya ada di rumah mereka saya melihat bahwa persiapan makan siang seperti persiapan tempur. Jam 12.27 serbet sudah diletakkan diatas meja, 12.28 sendok dan garpu sudah diletakkan ditempatnya, 12.29 piring sudah diatas meja 12.30 semua sudah memegang sendok dan mulai makan. Dan pada saat menikah saya sangat kaget bahwa Jonathan mengharapkan makanan telah siap jam 12.30 sementara Jonathan lebih kaget lagi bahwa makanan tidak ada di meja.
Adalah sangat baik jika kita membicarakan hal seperti itu sebelum menikah. Misalnya saat berpacaran saudara ceritakan pernikahan keluarga lain dan katakan: ”Apakah engkau tau keluarga Brown? Saya tidak suka pernikahan seperti itu, semua perjalanan jauh dan kesibukan yang melelahkan. Tapi keluarga Smith saya suka. Mereka memiliki waktu bersama, bermain bersama dan sangat bahagia”.
Pertimbangkan bagaimana engkau menyelesaikan perbedaanmu dan mengembangkan keahlian ini sebelum menikah. Sebuah ilustrasi mengisahkan seorang pengacara dan seorang psikolog bercakap-cakap di sebuah pesta. Pengacara ini berkata: Nampaknya engkau dan istrimu begitu mesra, apakah ada perbedaan pendapat diantara kalian? “Ya” jawab psikolog, “sangat sering” namun kami menyelesaikan perbedaan itu dengan cepat. “Oh bagaimana melakukannya?” Tanya si pengacara. “Mudah” jawab si psikolog. “Saya tidak pernah berkata tentang dia”. Pelajarannya disini ialah jika kita tidak jujur dalam perbedaan sebelum menikah maka kita akan terus menerus menemukan masalah dalam pernikahan untuk waktu yang lama.
Lihat sekeliling, temukan contoh pernikahan yang baik dan pelajari rahasianya. Bicarakan mengenai harapan yang saudara miliki terhadap pernikahan itu sebagai bagian dari masa berpacaran.
Oleh Mary & Jonathan Barret, Pendeta Konferens Inggris Selatan, Uni Inggris Raya, Divisi Trans Eropa