alam buku Kejadian fatsal 11 kita mendapati suatu catatan sejarah di mana ada suatu usaha untuk menyelesaikan suatu proyek yang besar, membangun suatu menara yang tinggi. Proyek ini bukan hanya besar tetapi juga dikerjakan dengan beberapa hal yang hebat, seperti dalam ayat 1 “Adapun seluruh bumi , satu bahasanya dan satu logatnya.” Bukankah berbahasa dan dan berlogat yang sama adalah sutu modal yang menguntungkan, karena ini akan memberikan kesempatan untuk bekerja lebih cepat karena tidak perlu proses penterjemahan, dan hal ini juga menguntugkan karena dapat menghindari kesalah pahaman di antara mereka sehingga mereka bisa bekerja dengan persatuan yang baik. Kemudian, dalam ayat 2 dikatakan “…di tanah Sinear, lalu menetaplah mereka di sana.” Proyek yang besar ini dibuat oleh merek yang tinggal di lokasi yang sama sehingga ada kemudahan untuk berkoordinasi dalam mejalankan tugas mereka itu. Lebih dari itu, mereka adalah pekerja-pekerja yang telah bertekad untuk mengerjakan pekerjaan mereka bukan dengan asal jadi, tapi mereka akan mengerjakannya dengan sebaik mungkin. Terlihat pada yang ayat 3 dikatakan “Mereka berkata seorang kepada yang lain: “Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik.” Tetapi semua hal yang menguntungkan ini, teryata berakhir dengan kegagalan total, sebagaimana dicatatkan dalam ayat 8 “Demikianlah mereka diserakkan Tuhan dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu.” Kegagalan ini di sebabkan oleh motif mereka yang salah. Motif mereka dalam bekerja, bekerja bersama, bekerja baik-baik adalah untuk ‘cari nama.’ Dalam ayat 4 di catakan “Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama…” Tentu saja nama baik adalah suatu hal sangat dihargai dalam kehidupan kita, tetapi motif untuk cari nama adalah motif yang cinta diri dan tidak mengarahkan kita untuk mengutamakan Allah yang selanjutnya juga akan tidak mengindahkan janji Tuhan yang sudah berjanji tidak akan mendatangkan air bah lagi. Akibat motif bekerja yang untuk cari nama ini, justru saat ini tidak satupun dari nama mereka yang kita kenal namanya.
Hanya satu fatsal setelah kisah tadi, di fatsal 12 kita dapat membaca suatu catatan sejarah yang berbeda. Ada beberapa hal yang dapat dilihat sebagai kelemahan Abraham pada saat melakukan perintah Tuhan. Perjalanan yang dibuat Abraham bukanlah suatu proyek perjalanan yang raksasa, karena pekerjaan ini hanyalah melibatkan Abraham dan keluarganya saja. Bahkan perjalanan yang dibuat Abraham ini adalah perjalanan yang bagi Abraham belum jelas lokasi tujuannya sehingga persiapan perbekalan untuk perjalanan ini bisa saja tidak maksimal. Tetapi dalam ayat 4 dikatakan “Lalu pergilah Abraham seperti yang difirmankan Tuhan kepadanya, …” Abraham menjalankannya dengan tepat seperti kehendak Tuhan, ia tidak mengutamakan pendapatnya ataupun pengalamannya tetapi ia mengutamakan kesetiaannya pada Tuhan sehingga ia juga mengutamakan akan firman Tuhan walaupun ia belum memahaminya saat itu. Akibat dari kesetiaan Abraham pada Tuhannya ini, Abraham diberkati Tuhan sebagaimana yang dicatatkan dalam ayat 7 “Ketika Tuhan menampakkan diri kepada Abraham dan berfirman: “Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu.” Bukan hanya berkat jasmani yang diterima Abraham tetapi juga berkat kemasyuran namanya. Sekarang ini Abraham adalah orang yang sangat dikenal dan dihargai oleh banyak orang (bahkan bukan hanya oleh satu golongan agama saja) . Tetapi fakta bahwa sekarang ini Abraham adalah orang yang termasyur namanya bukan karena ia dulu melakukan hal-hal besar untuk cari nama baginya, tetapi Tuhanlah yang membuat namanya masyur seperti yang dicatatkan dalam ayat 2 “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur;…”
Dihadapan kita juga sekarang ada menungggu tugas-tugas dalam keluarga, atau tugas-tugas dalam pekerjaan kita, atau tugas-tugas pelayanan kita ditengah-tengah jemaat ataupun ditengah-tengah masyarakat, baik itu tugas yang spektakuler ataupun tugas yang standar. Marilah kita menjalankannya tepat sesuai dengan kehendak Tuhan apakah itu dari segi mutu ataupun itu dari segi cara mengerjakannya, walaupun bisa saja ada yang kita belum mengerti seluruhnya dari rencana Tuhan itu. Marilah kita kerjakan itu bukan dilandasi oleh cari nama, tetapi oleh kesetiaan kita pada Tuhan kita. Marilah kita meyaksikan bagaimana Tuhan akan memberkati dan membuat nama kita dimashyurkan Tuhan untuk menjadi berkat bagi orang lain..