Jam masih menunjukkan pukul empat lewat 15 menit pagi itu, saya sudah beranjak dari tempat tidur. Bangun subuh di hari Minm ggu pagi terasa sangat berat. Setelah seminggu sebelumnya lelah beraktifitas dalam pekerjaan, pelayanan, serta acara sosial lainnya, pagi itu saya harus segera berada di gereja untuk lanjutan 10 Days of Prayer yang pada hari kelima jemaat kami adakan di waktu subuh.
Jalanan masih sepi dan apabila di hari yang padat kami harus menghabiskan waktu 50 menit dari rumah menuju ke gereja, pagi itu sangat lengang. 15 menit saya tiba bertemu dengan Pdt. David Siby, Gembala Jemaat kami dan selanjutnya bersiap-siap untuk membawakan renungan.
Di perjalanan sekilas saya membaca email yang dikirimkan seorang dosen UNAI yang meminta semua dapat mendoakan dua pengerja kita yang melayani di Kantor Divisi Asia Pasifik Selatan (SSD) masing-masing Pdt. Leonardo Asoy (Ketua SSD) dan Pdt. Houtman E. Sinaga (Sekretaris Kependetaan SSD). Pendeta Asoy dikabarkan sementara dalam kondisi tidak cukup baik dan sedang menjalani perawatan intensif.
Dalam sesi doa, seluruh anggota mendoakan kesembuhan kedua pengerja Tuhan ini. Berharap mujizat dan kuasa Tuhan dapat terjadi bagi mereka.
Selasa pagi, 12 Januari. Bumi berputar atas kehendak Tuhan, poros dunia secara dinamis menampilkan kejadian menghebohkan dan mengejutkan tanpa henti. Di hari ini, harga minyak yang menjadi salah satu barometer perekonomian dunia termasuk di negara kita, telah menyentuh salah satu titik terendah dalam 13 tahun terakhir. Sebagai perbandingan bahwa pada akhir 2014 lalu per barrel (satu barrel kurang lebih sama dengan 120 liter) minyak mentah masih berada di atas $100. Pada hari ini dengan pasar dunia dibanjiri supply berlebihan menyebabkan 1 barrel minyak dihargai pada kisaran $30 – $31 untuk produk minyak di Amerika (WTI) juga Eropa (Brent).
Bagi saya yang bekerja di industri tentunya merasakan akibat langsung. Banyak perusahaan mulai mempertimbangkan efisiensi dan penghematan luar biasa agar kerugian tidak diderita lebih lanjut. Banyak berita beredar via grup-grup chat bahwa perusahaan X akan mengadakan pengurangan pegawai mereka di seluruh dunia. Tidak hanya itu, perusahaan Y juga akan melakukan hal yang sama. Sangat menguatirkan kami. Harga saham perusahaan-perusahaan minyak rata-rata mengalami penurunan sehingga menguatirkan tidak saja eksekutif perusahaan minyak tetapi juga para pemegang saham. Ancaman ekonomi yang memburuk karena harga minyak yang belum menunjukkan tanda-tanda peningkatan semakin terasa.
Hari berlalu tanpa menunggu. Anda tidak siap, pastinya akan ketinggalan. Hari itu, Rabu, 13 Januari. Saat pagi hari akan bersiap berangkat ke kantor, saya menerima SMS dari Pdtm. Mouritson Ballo yang mengabarkan sebuah berita dukacita. Pdt. Leonardo Asoy telah meninggal dunia pada malam sebelumnya tepatnya pada pukul 20:35, waktu Filipina, di Adventist Medical Center, Manila, tempat beliau dirawat.
Pimpinan kita ini relatif baru memimpin SSD yang menurut website Gereja Advent Sedunia (GC) memiliki 1.1 juta anggota dan merupakan divisi kelima terbesar di seluruh dunia. Wajahnya yang teduh dan bersimpatik yang juga adalah alumnus Mountain View College di Filipina (tamat 1983) ini meninggal dalam usia 56 tahun setelah berjuang melawan sebuah penyakit yang jarang diidap manusia. Mendiang, menurut website GC menderita komplikasi akibat sindroma myelodysplastic (MDS) yang langka. Penyakit ini telah menyebabkan “masalah pada sumsum tulang yang menjadi tidak mampu untuk memproduksi sel darah sehat yang memadai.” 1
Kita telah mendoakan dan tenaga medis tentunya telah bekerja keras, tapi Tuhan memiliki maksud lain bagi keluarga serta gereja kita, utamanya di SSD termasuk di Indonesia. Keluarga pastilah sangat berduka kehilangan ayah serta suami dalam keluarga mereka. Kita semua kehilangan pemimpin gereja yang diharapkan mampu membawa umat Advent menantikan kedatangan Yesus kedua kali.
Kamis siang, 14 Januari. Hari ini sepertinya akan berjalan seperti biasa, normal. Seakan tidak ada riak. Tapi saat jam di dinding menunjukkan pukul 10.50 WIB, sekelompok teroris telah mengadakan serangan bom dan tembakan mematikan di pusat Kota Jakarta tepatnya di depan Sarinah, Jalan Thamrin. Tercatat lebih dari lima kali ledakan bom terdengar. Tujuh orang tewas dalam peristiwa yang dikaitkan dengan organisasi radikal salah satu agama mayoritas. Lima dari tujuh korban merupakan pelaku tindak terorisme ini.
Walaupun apparat gabungan keamanan dengan sigap dan cekatan mampu meredam serangan ini, tidak ayal dunia mengutuk keras pelaku yang dengan tidak berperikemanusiaan membunuh orang-orang yang tidak berdosa termasuk petugas keamanan itu sendiri. Dunia maya dalam hitungan detik ramai dengan ucapan dukacita yang muncul dan bersimpati kepada penduduk di Jakarta, khususnya, dan negara Indonesia pada umumnya.
Tagar #prayforJakarta dan #KamiTidakTakut segera menjadi trending topik. Sebuah symbol damai beruap lingkaran dengan segitiga di bagian tengah, awalnya terkenal saat terjadi penembakan di Kantor Penerbitan Charlie Hebdo di Paris pada 7 Januari 2015 serta penembakan di kota yang sama pada bulan November juga diabadikan untuk penembakan di Jakarta dengan menambahkan logo Monumen Nasional (Monas).
Minggu yang berat. Penuh derita dan airmata. Minggu yang penuh dengan kepenatan dan keletihan manusia. Lelah dengan semua aksi terror dan hal-hal yang menguras energi kita.
Di atas semuanya itu, di Sabat yang suci ini, apakah kita masih yakin Tuhan masih bersama dengan kita. Saat saya dan keluarga bersama dan berdoa di pembukaan Sabat ini, kami bersukacita masih dapat bersama berkumpul dan merayakan Sabat Tuhan. Kami prihatin dan merasakan dukacita terutama bagi Keluarga Asoy di Manila juga keluarga dan sahabat yang ditimpa kemalangan karena serangan mematikan di Sarinah.
Apabila dari antara anda yang membaca mengalami dukacita, kemalangan, dan keputus-asaan, percayalah Tuhan kita tidak pernah lepas control. Ia akan selalu menyertai kita.
Ingatkah tulisan Nabi Zakharia “Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam, yang dalam kemuliaan-Nya telah mengutus aku, mengenai bangsa-bangsa yang telah menjarah kamu–sebab siapa yang menjamah kamu, berarti menjamah biji mata-Nya” (Zakharia 2:8).
“Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka” (Mazmur 34:8). “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu” (I Petrus 5:7).
Biarlah Tuhan selalu di depan. Menjaga langkah kita, jangan takut maka Ia akan selalu bersama kita.