Lebih (Sungguh) Melayani

Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan (Lukas 22:26).

Di semua arena olahraga menjadi pemenang adalah tujuan. Semua atlit berusaha sedemikian rupa agar pulang membawa medali. Untuk itu persiapan sangat diperlukan. Waktu yang digunakan menyiapkan atlit ada yang bertahun. Atlit senam misalnya persiapan telah dimulai sejak si calon masih kanak-kanak, ini untuk mendapatkan tubuh yang lentur dan menjadi biasa dengan olahraga ini. Seorang petinju misalnya perlu menghitung tenaganya agar tidak kedodoran pada ronde-ronde terakhir. Setiap pukulan dilakukan dengan saksama bukan sembarangan saja untuk memukul. (1 Korintus9:26).

Moto abadi Olimpiade diambil dari tiga kata latin Citius, Altius, Fortius yang berarti “Lebih Cepat, Lebih Tinggi, Lebih Kuat”. Hanya atlit handal yang mendapat kesempatan berlaga di Olimpiade. Persaingan yang begitu ketat melahirkan olahragawan kelas dunia dan hanyalah mereka yang terbaik akan membawa pulan medali dan hadiah lainnya.

Bagaimana dengan persekutuan murid-murid Kristus dewasa ini, apakah lebih tinggi, lebih kuat dan lebih cepat menjadi tujuan? Bukan hanya pada perusahan ada tujuan, goal dan target diletakkan. Tapi dalam organisasi gereja sudah tentu mempunyai hal-hal yang menyangkut sasaran. Lihat saja di Jemaat mempunyai target menjangkau jiwa-jiwa untuk Yesus, ada tujuan pengumpulan dana pembangunan disamping peningkatan perpuluhan dan persembahan. Dalam persekutuan Kristus penilaian dunia bukan menjadi ukuran. Tujuan dan pencapaian seperti yang digunakan dunia tidak selamanya ideal dan dicita-citakan. Tanpa terasa kita ikut memberi tepuk tangan dan hormat berlebihan untuk seseorang hamba Tuhan yang dipandang lebih cepat dalam perjalanan karir. Banyak kali kita pula ikut memberi applaus lebih kepada seorang pelayan Tuhan yang memperoleh gelar akademis tertinggi. Juga dibanyak kesempatan kita berdecak kagum dan memberi selamat kepada seseorang pengerja Tuhan yang meningkat hartanya. Selanjutnya hamba Tuhan yang memiliki karir biasa-biasa malah seperti buntu dengan pencapaian kerja yang rendah dan malah sakit-sakitan luput dari perhatian. Memang benar bahwa pada manusia ada kerinduan yang mendalam untuk menjadi lebih cepat, lebih tinggi dan lebih kuat. Umumnya pencapaian ini dikawinkan dengan kehormatan dan kemulian yang salah membuat pencarian hal-hal itu menempatkan manusia dalam kompetisi keras melawan spesiesnya sendiri. Dalam batasan tertentu kekeliruan ini akan menjadi tidak terkendali dan masuk perangkap takabur serta lupa diri. Mereka yang masuk dalam persekutuan para murid, Yesus menawarkan sebuah cara hidup baru. Pertama, bahwa persekutuan para murid Yesus bukanlah seeperti sebuah kompetisi duniawi. Karena itu bukan mereka yang lebih cepat, lebih tinggi dan lebih kuat akan mendapat medali. Mereka yang mendapat medali kehormatan adalah mereka yang berhasil mencapai garis akhir pertandingan iman (1 Timotius 6:12; 2 Timotius 4:7) Kedua, bahwa dalam persekutuan para murid Yesus pelaksanaannya bukan sebuah pemerintahan di mana senioritas dan posisi menentukan kebesaran serta kekuasaan. Yang tertinggi, terbesar dan terkuat adalah “yang paling muda” dan “pelayan” kepada saudara nya.(Lukas 22:26). Muda menunjuk kepada mereka yang melakukan pekerjaan kasar, rendah, tidak bergengsi untuk orang lain. Sejatinya, dalam persekutuan murid Yesus, yang terbesar dan tertinggi dan terkuat adalah ia yang bersedia menjadi yang terkecil dan terendah dari antara saudaranya.

Ketiga, bahwa dalam persekutuan murid Yesus, maka hal kebesaran, kehormatan serta kekuasaan tidak melekat kepada posisi tetapi pada action orang itu kepada orang lain. Ketika Yesus bicara mengenai pemimpin sebagai pelayan, hal itu merujuk kepada melakukan pekerjaan yang melayani orang lain. Rasul Paulus mengulas gagasan Ini dalam tulisannya “Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar” (1 Timotius 5:17).

Arus modernisasi tidak hentinya menggoda untuk menjadi lebih cepat, lebih tinggi dan lebih kuat yang diartikan sebagai lebih hebat, lebih wah dan terhormat. Tetapi ajaran Yesus terbalik. Untuk mendapatkannya semua itu yakni lebih melayani.