Si Murah Hati Orang Samaria

Menghadapi pakar kitab suci, seorang ahli Taurat yang datang mencoba pengetahuan serta kearifan Yesus – maka munculah kisah Orang Samaria yang murah hati. Kisah ini menjawab pertanyaan yang tidak tulus dari orang yang berpura-pura. Secara sengaja ia datang untuk menguji Yesus dihadapan publik bukan untuk mencari tahu tentang kebenaran, tetapi sebaliknya seperti pemuka agama lain sebelumnya datang untuk mencari perkara serta kesalahan (Lukas 6:7).

Si Ahli taurat adalah orang terpandang. Tidak banyak orang yang mengetahui seluk beluk mengenai buku Musa seperti si Ahli taurat. Ia adalah pengajar dan penafsir perjanjian lama khususnya kelima kitab Musa dengan teliti (Taurat atau Pentateukh). Dia yang menerangkan hukum Taurat kepada orang Yahudi. Tugas lainnya adalah menyusun peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan untuk setiap situasi kehidupan keagamaan Yahudi. (Pemahaman Alkitab setiap hari: Injil Markus. Barclay 2008. Hal. 49). Mereka tersebar di Yudea dan Galilea, biasa juga disebut cendekiawan mengajar lisan maupun tulisan dalam hal penerapan hukum Taurat dilingkungan Yahudi. Ahli Taurat memiliki kedudukan sangat tinggi dan menjadi anggota Sanhedrin atau Mahkamah agama disamping imam besar dan tua-tua orang Yahudi.

Dewasa ini banyak diskusi tentang kebenaran, membicarakan tentang Yesus namun dengan motivasi keliru. Seperti ahli taurat, bukan keyakinan yang dikuatkan tapi sebenarnya hanyalah pemuasan hasrat intelektual, menyerang, menjebak lawan bicara dan kalau boleh mempermalukan didepan banyak orang. Mengetahui banyak tentang kitab suci dan juga dapat merangkum serta mengutip firman Tuhan dengan tepat seperti si ahli taurat bukan jadi bukti kesetiaannya kepada Tuhan (Matius 22:36).

Dua tokoh dalam kisah orang Samaria yaitu seorang Imam dan seorang Lewi adalah orang-orang terkemuka dikalangan Yahudi. Mereka adalah yang paham akan hukum-hukum Allah, dan juga yang mengkhotbahkan kebenaran tiap sabat dihadapan umat. Tapi menghapal luar kepala banyak ayat firman Tuhan adalah berbeda dengan menjadi pelaku firman. (Yakobus 1:22). Menjadi tantangan kepada mereka yang biasanya mengajar injil/ mengambil bahagian diacara kebaktian serta aktip dalam pelayanan untuk menaati firman. Mungkin juga kita terlalu sibuk, kurang waktu, terpaut appointment sampai jadi terburu-buru dalam gerakan sehingga alpa dan lalai menjadi pelaku firman.

Dalam menjawab cobaan si ahli taurat tentang siapakah sesamaku manusia, Yesus memberi jawaban mengejutkan. Tuhan menghendaki kita mengasihi SESAMA manusia. Bukannya mengasihi manusia yang SAMA dengan kita. Adalah lumrah bila kita mengasihi orang yang sama dengan kita seperti sama derajat, sama pekerjaan, sama pendidikan, sama kekayaan, sama cantik, sama suku dan kesamaan lainnya. Orang Samaria yang baik hati menepis kesamaan-kesamaan demikian. Ia datang dari turunan campuran yang dihinakan serta dikafirkan tapi semua itu diabaikannya. Pertolongan yang dia berikan kepada Yahudi sekarat itu melampaui sekat-sekat kelas yang ada di masyarakat. Orang yahudi yang melihat samaria dengan sebelah mata, yang sering menyakiti hati, yang mempunyai hati jahat dan munafik adalah sesama manusia bagi si Samaria. Karena dihadapan Tuhan semua manusia adalah sama, yang membutuhkan anugerah dan karunia Tuhan. Mengapa ada batasan?.

Menolong orang lain seperti yang dikatakan Yesus kepada ahli taurat itu tidaklah mudah untuk dilakukan. (Lukas 10:25-37). Barangkali karena terbiasa kepada suatu komunitas atau sudah aman pada lingkungan tertentu sehingga terpaku dengan rutinitas padahal “Life begins at the end of your comfort zone”.

Umumnya sulit untuk berbuat sesuatu yang baru walau baik kecuali mempunyai kasih Yesus. Ya, Hanya kasih Yesus yang dapat mengubahkan hati seseorang menjadi murah hati sebagaimana Ia lebih dahulu mengasihi kita. (1 Yohanis 4:19).